Rabu, 11 Mei 2011

Diet Mediterania Cegah Serangan Jantung, Obesitas, & Diabetes

DARIPADA menjalani diet sembarang, coba jalani diet Mediterania saja. Selain membuat tubuh mencapai bobot ideal, diet populer ini sangat baik untuk kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya.

Selain mencegah sindrom metabolik, diet Mediterania memiliki efek positif pada faktor-faktor risiko individu, seperti ukuran pinggang, kadar kolesterol baik (HDL), kadar trigeliserida, tingkat tekanan darah, dan metabolisme gula darah. Demikian seperti dilaporkan sebuah studi baru yang dinukil dari Times of India, Selasa (22/3/2011).

Diet Mediterania adalah pola diet yang ditandai dengan konsumsi tinggi asam lemak jenuh tunggal terutama yang bersumber dari buah zaitun dan minyak zaitun.

Untuk konsumsi sehari-hari, Anda dapat memenuhinya lewat buah-buahan, sayuran, sereal gandum, dan produk susu rendah lemak. Sementara untuk mencukupi kebutuhan gizi mingguan, Anda dapat memenuhi lewat sumber protein, seperti ikan, unggas, daging merah, dan kacang-kacangan.

Demosthenes Paniotakos, Profesor di Biostatik Epidemiologi Gizi, Departemen Ilmu Diet dan Nutrisi University of Athens dan Kastorini Christina-Maria Kastrorini menganalisis hasil 50 studi tentang diet dengan populasi memelajari sekira 1,5 juta partisipan.

"Prevalensi sindrom metabolik meningkat dengan cepat di seluruh dunia, seiring dengan meningkatnya insiden diabetes dan obesitas. Bahkan, sekarang pun sudah dianggap sebagai bagian dari masalah kesehatan yang ada di masyarakat," kata Panagiotakos, pimpinan penelitian.

"Sindrom metabolik pun merupakan salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskular (langsung atau tidak langsung) yang terkait dengan beban pribadi seseorang dan sosioekonomi. Karenanya, melakukan pencegahan kondisi ini sangatlah penting," sambungnya.

Diet Mediterania adalah salah satu pola diet yang paling terkenal dan dipelajari dengan baik karena terbukti memiliki kaitan dengan penyebab kematian. Menurut peneliti, dengan melakukan diet ini risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan beberapa jenis kanker lainnya.

Tak hanya itu saja, diet Mediterania juga memiliki efek yang menguntungkan pada obesitas perut, tingkat lipid, metabolisme glukosa, dan tingkat tekanan darah yang merupakan faktor risiko untuk perkembangan penyakit jantung dan diabetes.

Pemenuhan antioksidan dan efek antiinflmasi dari diet Mediterania yang didukung dari komponen diet terutama minyak zaitun, buah-buahan, dan sayuran, biji-bijian, dan ikan juga sangat bermanfaat.

"Untuk hasil terbaik berdasarkan pengetahuan kami, pekerjaan utama dari diet ini adalah sifatnya yang sistematis melalui analisis meta, sehingga peran diet pada sindrom metabolik, dan komponen-komponennya dapat berjalan maksimal," papar Panagiotakos.

Agar berhasil, jika Anda ingin menjalani diet yang satu ini, maka sebaiknya memerhatikan gaya hidup dan pola makan.

"Hasil penelitian kami menunjukkan, peran pelindung dari diet ini pun sangatlah penting. Seseorang yang melakukan diet Mediterania harus pula memerhatikan faktor gaya hidup dan pola makan di mana komponen ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik," tutupnya.
Dwi Indah Nurcahyani - Okezone
Read Full Article...>>>

What is diabetes


Diabetes is a disease in which the body does not produce or properly use insulin (a hormone produced by the pancreas needed to regulate glucose in the blood).

The cause of diabetes continues to be a mystery, although both genetics and environmental factors such as obesity and sedentarism appear to play roles.

In order to determine whether or not a patient has pre-diabetes or diabetes, health care providers usualy conduct a Fasting Plasma Glucose Test (FPG)The American Diabetes Association recommends the FPG because it is fast, easy, cheap and have a good precision.With the FPG test, a fasting blood glucose level between 100 and 125 mg/dl signals pre-diabetes, bigger values indicates diabetes

There are three types of diabetes :

Type 1 - You produce no insulin at all.

Type 2 - You don't produce enough insulin, or your insulin is not working properly.

Gestational Diabetes - You develop diabetes just during your pregnancy.

Diabetes Types 1 & 2 are chronic medical conditions - this means that they last a lifetime.

Gestational Diabetes usually resolves itself after the birth of the child.

All types of diabetes are treatable, for a patient with Type 1 the treatement is mainly injected insulin, Patients with Type 2 are usually treated with tablets.Both types must have a special diet (low fat and carbohydrates) and physical activity (walking, swimming, cycling, dancing)

Being diabetic imply a change in lifestyle. It does not mean you will not be able to pursue your career effectively, run a business, practice a sport or realize your ambition.

Diabetes will not stop you from becoming a sportsman or sportswoman, politician, actor/actress, musician, or journalist.If you will follow all indications and medication your doctor gives you, there is no reason why you cannot continue your lifetime ambitions.

The main aim of diabetes management is to keep the following under control:

Blood glucose levels - you will need a Glucose Meter. Self-monitoring is often called SMBG (self-monitoring of blood glucose). Glucose meters today are small, battery-operated devices.

Blood pressure - the force of the blood pushing against the walls of the arteries. You can monitor your own blood pressure at home with an inexpensive blood pressure cuff and gauge, available at most drug stores and medical supply outlets.

Cholesterol levels - you will nedd a Home cholesterol monitor. Home cholesterol monitors are one of the most popular medical devices for personal use.They are not designed to replace the care of a physician.

The frequency of the tests is up to you and your doctor.
by: Radu Bogdan
Read Full Article...>>>

Radang sendi

PARA ilmuwan di University of East Anglia (UEA) telah meluncurkan sebuah proyek baru yang inovatif untuk menyelidiki manfaat brokoli dalam memerangi osteoartritis. Hasilnya kabar baik bagi para penderita radang sendi.

Penelitian awal di laboratorium UEA telah menemukan bahwa suatu senyawa dalam brokoli yang disebut sulforaphane memblokade enzim penyebab kerusakan sendi pada osteoarthritis. Osteoarthritis sendiri merupakan bentuk radang sendi yang paling umum.

Dengan pendanaan dari Arthritis Research UK dan Diet and Health Research Industry Club (DRINC), proyek penelitian membahas bagaimana sulforaphane dapat bertindak untuk memperlambat atau mencegah perkembangan osteoarthritis. Demikian seperti dikutip Health24, Sabtu (18/9/2010).

Sulforaphane adalah senyawa bioaktif yang ditemukan pada sayuran, terutama brokoli. Makan brokoli meningkatkan sulforaphane dalam darah, tetapi para ilmuwan belum tahu apakah jumlah sulforaphane yang masuk ke sendi cukup untuk menjadikannya efektif mencegah osteoarthritis. Hal inilah yang menjadi salah satu hal di mana tim UEA berharap menemukannya, karena osteoarthritis merupakan penyebab besar kasus cacat tubuh.

Tidak ada pengobatan yang efektif

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang secara bertahap menghancurkan tulang rawan pada sendi, terutama pada tangan, kaki, tulang belakang, pinggul, dan lutut orang lanjut usia. Hingga saat ini, tidak ada pengobatan yang efektif selain pemulihan nyeri atau operasi penggantian sendi.

Prof Ian Clark, dari UEA School of Biological Sciences, yang memimpin penelitian mengatakan, "Inggris memiliki populasi lanjut usia dan mengembangkan strategi-strategi baru untuk penyakit yang berkaitan dengan usia. Memerangi penyakit seperti osteoarthritis sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, tetapi juga untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat.”

Sebagai bagian dari proyek selama tiga tahun ini, tim UEA juga akan menyelidiki efek dari senyawa lain pada makanan yang berhubungan dengan osteoarthritis, termasuk diallyl disulphide yang ditemukan cukup tinggi dalam bawang putih.

Brokoli sebelumnya telah dikaitkan dengan pengurangan risiko kanker, tetapi ini adalah pertama kalinya dilakukan studi besar efek brokoli terhadap kesehatan sendi
Fitri Yulianti - Okezone
Read Full Article...>>>

Selasa, 10 Mei 2011

Treating Arthritis: Use Apple Cider Vinegar


Arthritis is amongst the most prevalent ailments today, affecting literally millions around the globe. There are actually over a hundred kinds of arthritis, with the common signs and symptoms of joint pain and inflammation. This causes great discomfort, and often those with arthritis experience it to a degree that it can take over their lives. For this reason, people with arthritis often try to find remedies that will provide effective, long-term relief, in order to enjoy life as normally as possible.

Arthritis apple cider vinegar treatments are one of many methods people consider. It's been in use for many centuries, and has been proven to relieve the inflammation and pain caused by arthritis. It has actually been utilized for other conditions as well. Being full of minerals and vitamins, it allows the body to fight illnesses effectively.

One arthritis apple cider vinegar remedy uses a tablespoon of apple cider vinegar mixed to a glass of water. Honey or even some spice may be added to this mixture to improve the taste; honey is even thought to enhance the strength of the solution. This mixture is then taken in the morning and before going to bed at nighttime, to provide relief from arthritis symptoms.

An additional way to use apple cider vinegar is to apply it as a liniment, using it straight to afflicted joints. It is almost always warmed, then applied through the use of a clean washcloth. It can then either be massaged in or simply applied to provide immediate respite from the pain.

Many people believe in the effectiveness of apple cider vinegar for arthritis. Nevertheless, whenever employing an alternative form of treatment, it's always best to check with your medical doctor to avoid any possible complications.

Apple cider vinegar is available in supermarkets, and even on the web. In purchasing this vinegar you need to also look at the quality so it will be more effective for the management of diseases. Organic vinegars are believed more potent, specially those with the mother-of-vinegar still included.

Apple cider vinegar is one of the techniques that arthritis has been treated through the years, and it has been considered effective and safe - important points for those with arthritis.
by: Meredith Walker
Read Full Article...>>>

Makan 3 Buah Pisang Sehari Turunkan Risiko Stroke


STROKE merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Karena itu, menjalani hidup sehat merupakan solusi jitu untuk mencegah penyakit berbahaya ini. Salah satu cara yang dapat ditempuh ialah makan tiga buah pisang untuk menurunkan risiko terkena stroke.

Sebuah pisang untuk sarapan, satu untuk makan siang, dan satu di malam hari akan memberikan cukup kalium untuk mengurangi kemungkinan darah beku di otak sekitar 21 persen.

Pasalnya, pisang adalah buah yang banyak mengandung potasium, yaitu mineral yang berfungsi menstabilkan detak jantung, otak, dan proses fisiologi penting lainnya.

Penemuan yang dilakukan oleh para peneliti Inggris dan Italia itu menyarankan, stroke dapat dicegah dengan konsumsi makanan kaya kalium lain seperti bayam, kacang-kacangan, ikan bandeng, dan kacang-kacangan.

Meskipun beberapa studi sebelumnya telah menyarankan pisang sebagai buah pencegah stroke, namun hal penting lainnya ialah mengendalikan tekanan darah, sebab hasilnya tidak selalu konsisten.

Dalam penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, para ilmuwan menganalisis data dari studi yang berbeda, kembali ke pertengahan tahun 1960-an, dan digabungkan hasilnya untuk mendapatkan hasil keseluruhan.

Mereka menemukan orang hanya mengonsumsi kurang lebih 1.600 mg potasium per hari, kurang dari separuh jumlah kalium harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa yaitu 3.500 mg. Jika seseorang sudah cukup mengonsumsi kalium dengan jumlah tersebut, dijamin akan mendapat risiko stroke yang lebih rendah.

Pisang rata-rata mengandung kalium sekira 500 mg, yang membantu untuk menurunkan tekanan darah dan mengontrol keseimbangan cairan dalam tubuh. Terlalu sedikit kalium dapat mengakibatkan cepat marah, mual, denyut jantung tidak teratur, dan diare.

Peneliti dari Universitas Warwick dan Universitas Naples mengatakan, asupan kalium di kebanyakan negara jauh di bawah jumlah harian yang disarankan.

Tetapi jika konsumen mengudap makanan kaya kalium yang lebih banyak, dan mengurangi konsumsi garam, maka angka kematian pengidap stroke secara global per tahunnya bisa dikurangi lebih dari 1 juta tahun.

Para peneliti mengatakan dalam laporannya, "Ini akan menerjemahkan ke dalam pengurangan sebanyak 1,15 juta kematian akibat stroke per tahunnya pada skala dunia."

Stroke, suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, membunuh sekira 200 orang setiap hari di Inggris.

Mengobati dan merawat 100 ribu orang yang terkena stroke setiap tahun di Inggris membutuhkan biaya 2,3 miliar poundsteling.

Seorang juru bicara untuk Asosiasi Stroke mengatakan, "Penelitian ini menunjukkan makan banyak makanan kaya kalium, seperti pisang, tanggal dan bayam, dapat mengurangi risiko Anda mengalami stroke. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko terbesar untuk penelitian stroke dan terakhir telah menunjukkan bahwa kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Ini bisa menjelaskan efek positif dari kalium ditunjukkan dalam penelitian ini."
by:Chaerunnisa-okezone
Read Full Article...>>>

Home Therapy Helps Stroke Patients Recover

Having a stroke can be a very big deal indeed. The heart is so important to so many functions in the body that any glitches -- however temporary -- can

cause major consequences. A stroke, for example, can create a number of troublesome symptoms, including problems with physical mobility. Millions of stroke survivors experience difficulty in walking. But now here's some ood news: for those recuperating after a stroke, more expensive, high-tech therapy isn't necessarily superior to intensive at-home strength and balance training.

In a massive stroke rehabilitation study, patients who had physical therapy at home improved their ability to walk just as well as those who were treated in a training program that required the use of a body-weight supported treadmill device followed by walking practice (called "locomotor training").

The National Institutes of Health study randomly assigned 400 patients into three study groups who participated in 36 90-minute sessions over 12 to 16 weeks. All patients had either severe or moderate walking impairments. The average age of the patients was 62 years old.

At the end of one year, 52% of all the study participants had made significant improvements in their ability to walk.

All groups achieved similar gains in the speed and distance of their walking, their physical mobility, motor recovery and social participation, resulting in improved quality of life.

The researchers found that the at-home group was the most likely to stick with the program, however. Only three percent dropped out of this arm of the study, compared to 13% of the more high-tech locomotor training groups.

And some more good news: patients made significant improvements in walking speed long-term, despite widely held beliefs in the medical community that most improvements after stroke are complete by six months. The researchers noted that, based on these results, recovery beyond six months could be helped with continued therapy.

The home exercise program in this study requires less expensive equipment, less training for therapists, and fewer clinical staff members. The researchers suggest another benefit, too: this intervention may help keep stroke survivors active in their own homes and community environments.
by: Cate Stevenson
Read Full Article...>>>