Rabu, 29 April 2009

Swine Influenza (Flu)

Swine Flu website last updated April 30, 2009, 8:15 AM ET

U.S. Human Cases of Swine Flu Infection
(As of April 29, 2009, 11:00 AM ET)
States
# of laboratory confirmed cases
Deaths
Arizona 1
California 14
Indiana 1
Kansas 2
Massachusetts 2
Michigan 2
Nevada 1
New York 51
Ohio 1
Texas
16
1
TOTAL COUNTS 91 cases 1 death
International Human Cases of Swine Flu Infection
See: World Health OrganizationExternal Web Site Policy.

The outbreak of disease in people caused by a new influenza virus of swine origin continues to grow in the United States and internationally. Today, CDC reports additional confirmed human infections, hospitalizations and the nation’s first fatality from this outbreak. The more recent illnesses and the reported death suggest that a pattern of more severe illness associated with this virus may be emerging in the U.S. Most people will not have immunity to this new virus and, as it continues to spread, more cases, more hospitalizations and more deaths are expected in the coming days and weeks.

CDC has implemented its emergency response. The agency’s goals are to reduce transmission and illness severity, and provide information to help health care providers, public health officials and the public address the challenges posed by the new virus. Yesterday, CDC issued new interim guidance for clinicians on how to care for children and pregnant women who may be infected with this virus. Young children and pregnant women are two groups of people who are at high risk of serious complications from seasonal influenza. In addition, CDC’s Division of the Strategic National Stockpile (SNS) continues to send antiviral drugs, personal protective equipment, and respiratory protection devices to all 50 states and U.S. territories to help them respond to the outbreak. The swine influenza A (H1N1) virus is susceptible to the prescription antiviral drugs oseltamivir and zanamivir. This is a rapidly evolving situation and CDC will provide updated guidance and new information as it becomes available.

Read Full Article...>>>

President Obama Says Swine Flu Spread Not Yet ‘Cause for Alarm’

President Barack Obama said today that the threat of swine flu spreading is a cause for concern but “not a cause for alarm” as the United States works to closely monitor borders to contain it.

The Department of Health and Human Services has declared a public health emergency as a precautionary tool to ensure that we have the resources we need at our disposal to respond quickly and effectively,” Obama said in an Associated Press report from a gathering of scientists in Washington, DC.

The acting head of the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) said people should be prepared for the situation to possibly become more severe, according to Richard Besser.

To date, the number of swine flu infections in Mexico has risen to 1,600, and a number of nations have provided varying responses:

--The European Union advised against nonessential travel to the United States and Mexico.

--Tokyo’s Narita Airport installed a device to monitor the temperatures of passengers arriving from Mexico.

--Russia said any visitors from North America running a fever would be quarantined until the cause of that fever is determined.

The U.S. Department of Agriculture (USDA) reassured the public Sunday that there is no evidence at this time to suggest that swine have been infected with this virus.

“According to scientists at USDA and the CDC, swine flu viruses are not transmitted by food so you cannot get swine flu from eating pork or pork products,” says Secretary of Agriculture Tom Vilsack. “Eating properly handled and cooked pork or pork products is safe. Cooking pork to an internal temperature of 160 degrees F kills all viruses and other foodborne pathogens.” More details on cooking pork are available at The National Pork Board.

USDA currently has a surveillance system in place in all states to monitor animal health. Vilsack says he has asked USDA officials to contact agricultural officials in every state to affirm that they have no signs of this virus type in their state.

Read Full Article...>>>

Senin, 27 April 2009

Pemeriksaan Rumah Potong Babi

JAKARTA - Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta akan melakukan pemeriksaan ke seluruh rumah potong dan peternakan babi agar penyakit Flu Babi tidak merebak luas.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tini Suryanti mengatakan, tim investigasi dari Dinas Kelautan, Peternakan dan Ketahanan Pangan akan terjun ke lapangan untuk melakukan pengecekan apakah ada hewan yang terkena virus itu atau tidak.

Selain itu, Dinkes DKI juga telah melakukan sosialisasi tentang virus H1NI, penyakit Flu Babi, gejala dan pengobatannya ke puskesmas kecamatan dan kelurahan.

Ini dilakukan untuk mengantisipasi perluasan penyebaran virus di pemukiman warga. "Bagi warga yang terindikasi mengidap virus tersebut, agar dapat segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut," tandasnya saat dikonfirmasi, Senin (27/4/2009) malam.
Read Full Article...>>>

Menteri Kesehatan Pastikan Flu babi Tidak Masuk indonesia

JAKARTA - Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari memastikan virus H1N1 atau lebih dikenal flu babi tidak akan masuk ke Indonesia. Pasalnya, Indonesia bukan negara yang memiliki empat musim.

"Virus itu (H1N1) tidak bakal masuk ke daerah tropis karena virus tersebut hanya dapat hidup di daerah dingin dan punya empat musim. Dia hanya hidup di musim gugur dan dingin," ungkap Menkes saat jumpa pers di Departemen Kesehatan, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (28/4/2009).

Menurutnya, memang angka kematian akibat virus H1N1 lebih tinggi dibanding H5N1 (flu burung), namun itu di Australia, tidak di Indonesia. Meski begitu, Menkes mengimbau agar tetap berhati-hati.

"Kita telah melakukan langkah-langkah dan pertama sudah terpasang 10 thermal scanner untuk mendeteksi suhu badan di terminal kedatangan Bandara Soekarno Hatta," tuturnya.

Menkes menyebutkan pihaknya menyiapkan pula obat-obatan yang berhubungan dengan penanggulangan flu babi serta menyiapkan 100 rumah sakit rujukan yang memiliki kemampuan kasus untuk menangani flu babi.

Tak ketinggalan, menyebarluaskan informasi ke masyarakat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga.

"Simulasi penanggulangan endemic influenza yang baru dilakukan pekan lalu di Makassar, juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah dalam menghadapi berbagai kemungkinan," pungkasnya.
Read Full Article...>>>

Kalimantan Barat Tingkatkan Pengawasan terhadap Flu Babi(Swine Flu)

PONTIANAK - Kalimantan Barat kembali mempeketat pengawasan lalu lintas manusia dan perdagangan hewan di pintu perbatasan dengan Sarawak Malaysia, terkait merebaknya virus flu babi tipe A subtipe H1N1.

"Sejak mewabahnya flu burung, pemeritah provinsi Kalbar telah memperketat lalu lintas perdagangan hewan unggas, babi, dan sapi dari dan ke Kalbar. Hal ini juga berlaku dalam pengawasan virus flu babi," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kehewanan Kalbar, Abdul Manaf Mustafa saat berbincang dengan okezone, Selasa (28/4/2009).

Dia menambahkan, lalu lintas perdagangan hewan babi, unggas, dan sapi diawasi ketat oleh pemerintah provinsi melalui Peraturan Gubernur Nomor 26 Tahun 2008.

"Semua produk ternak yang akan masuk ke Kalimantan Barat harus seizin gubernur, baik antar daerah maupun antar negara, seperti Sarawak-Kalbar," kata dia.

Setelah mendapat surat edaran dari pemerintah pusat yang meminta peningkatan kewaspadaan terkait mewabahnya flu babi, tim Participatory Desease Search and Response (PDSR) yang di dalamnya termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, Bea Cukai, dan Balai Karantina, memfokuskan pada peningkatan pengawasan di Bandara, Pelabuhan, dan juga lima pintu perbatasan darat antara Indonesia-Malaysia.

Namun, lanjut Manaf, dia tak menampik bahwa pengawasan tidak dapat dilakukan secara maksimal lantaran ada 64 pintu di sepanjang 867 km perbatasan antara Indonesia-Malaysia.

"Kami sudah meminta Bea Cukai dan Balai Karantina untuk memperketat pengawasan, tapi jumlah personel di lapangan sangat kurang untuk mengawasi 64 pintu perbatasan," ujarnya.

Mengenai kebijakan menolak impor babi oleh pemerintah pusat, Manaf menyambut baik. Dia menambahkan, untuk rumah potong hewan babi kini semakin diawasi pemotongannya.

"Pelaksanaan pemotongan babi di RPH juga harus ditingkatkan pengawasannya, juga terhadap petugasnya. Yang paling efektif adalah terus mengawasi lalu lintas produk ternak babi. Saat ini, kami akan ambil surveillance dan memeriksakannya ke laboratorium," pungkasnya.
Read Full Article...>>>

Minggu, 26 April 2009

Hari TB-Sedunia 2009

Tanggal 24 Maret senantiasa diperingati sebagai Hari TB Se-dunia. Peringatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran seluruh warga dunia terhadap penyakit Tuberculosis yang telah menjadi epidemi. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk memerangi penyakit tersebut.

Peringatan ini dilakukan sejak tahun 1982 bertepatan dengan penemuan basil penyebab TB oleh Robert Koch yang menjadi langkah awal dalam proses diagnosis dan penyembuhan. Departemen Kesehatan juga turut berperan dalam upaya penanggulangan TB di Indonesia. Data yang dirilis oleh Dirjen Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyebutkan bahwa angka penemuan kasus yang dilihat berdasarkan Case Detection Rate (CDR) tahun 2007 sebesar 69,12%.

Berikut ini disajikan data pendukung seputar Penyakit TB di Indonesia.

dikutip dari http://www.depkes.go.id

Read Full Article...>>>

AS: Wabah Flu Babi Serius dan Akan Terus Menyebar

Washington - Wabah swine flu atau flu babi yang tengah melanda sejumlah negara merupakan wabah yang serius. Demikian disampaikan juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs.

Namun ditandaskan Gibbs, publik harus tahu bahwa ini bukan waktunya untuk panik. Hal itu disampaikan Gibbs dalam acara 'Meet the Press' di stasiun televisi NBC, seperti dilansir News.com.au, Senin (27/4/2009).

Dr Richard Besser, Pjs Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan, saat ini wabah flu babi belum menjadi pandemo global. Namun langkah-langkah proaktif harus dilakukan sebelum pandemi itu benar-benar terjadi.

"Kami memang berpikir ini akan terus menyebar namun kami sedang mengambil tindakan-tindakan agresif untuk menimalisir dampaknya pada kesehatan masyarakat," tegas Besser.

Di AS sendiri, setidaknya 20 kasus flu babi telah dilaporkan. Namun belum ada penderita suspect flu babi yang meninggal dunia. Akan tetapi di Meksiko, sudah 81 orang yang meninggal akibat flu ini dan menjangkiti lebih dari seribu orang lainnya. Virus ini tergolong baru dan belum ada vaksin untuk mematikannya.
Rita Uli Hutapea - detikNews Read Full Article...>>>

Waspada Flu Babi Maskapai Diminta Laporkan Penumpang dari AS & Meksiko

Jakarta - Indonesia tidak mau kecolongan soal flu babi. Penyakit yang merebak di Amerika Serikat (AS) dan Meksiko ini kini diwaspadai. Maskapai pesawat yang membawa penumpang dari 2 negara itu diminta untuk melaporkan.

"Melaporkan penumpang-penumpang dari sana. Harus proaktif karena kadang-kadang di imigrasi tidak terlacak," kata Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti saat dihubungi melalui telepon, Senin (27/4/2009).

Menurut Herry, untuk prosedur bagi penanganan wabah seperti ini memang sudah ada. Selain karantina dan tim kesehatan juga pemantauan intensif dilakukan.

"Pintu keluar masuk yang utama dipantau, misalnya alat-alat kesehatan. Yang utama di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai," terangnya.
informasi lengkap di http://www.detiknews.com Read Full Article...>>>

Penyakit Dalam

Penyakit dalam adalah cabang dan spesialisasi kedokteran yang menangani diagnosis dan penanganan organ dalam tanpa bedah pada pasien dewasa.

Untuk menjadi dokter penyakit dalam, juga disebut "internis", seorang dokter harus menyelesaikan pendidikan spesialis selama 4-5 tahun untuk mempelajari bagaimana mencegah, mendiagnosis, dan merawat penyakit yang menyerang orang dewasa. Dokter penyakit dalam di Indonesia diberi gelar SpPD.

Read Full Article...>>>

Tehnik Kesehatan

Ilmu kesehatan adalah kelompok disiplin ilmu terapan yang menangani kesehatan manusia dan hewan. Ada dua bagian ilmu kesehatan: studi, riset, dan pengetahuan mengenai kesehatan, serta aplikasi pengetahuan tersebut untuk meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit, dan memahami fungsi-fungsi biologis pada manusia dan hewan. Riset yang dilakukan terutama bertumpu pada ilmu-ilmu utama biologi, kimia, dan fisika, dan juga ilmu sosial (seperti sosiologi medis). Bidang ilmu lain yang memberikan kontribusi penting bagi ilmu kesehatan termasuk biokimia, bioteknologi, rekayasa, epidemiologi, genetika, ilmu perawatan, farmakologi, farmasi, kesehatan masyarakat, dan kedokteran. Read Full Article...>>>

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.


Read Full Article...>>>

Selasa, 21 April 2009

Kesehatan Reproduksi Remaja

Mengapa Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat Penting?

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal menikah (Kiragu, 1995:10, dikutip dari Iskandar, 1997).

Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.

Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), ke-kerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.

Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid
pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada risiko kehamilan dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3).

Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat
ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).

Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997).

Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376).

Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman
beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997).

Read Full Article...>>>

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.


Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

  • kerangka dasar dan struktur kurikulum,
  • beban belajar,
  • kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
  • kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.


Read Full Article...>>>

Infeksi

Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.

Read Full Article...>>>

Neonatal Intensive-Care Unit

A neonatal intensive care unit, usually shortened NICU (sometimes pronounced "Nickyou") and also called a newborn intensive care unit, intensive care nursery (ICN), and special care baby unit (SCBU [pronounced "Skiboo"], especially in Great Britain), is a unit of a hospital specializing in the care of ill or premature newborn infants. The NICU is distinct from the special care nursery (SCN) in providing a high level of intensive care to premature infants while the SCN provides specialized care for infants with less severe medical problems.

NICUs were developed in the 1950s and 1960s by pediatricians to provide better temperature support, isolation from infection risk, specialized feeding, and access to specialized equipment and resources. Infants are cared for in incubators or "open warmers." Some low birth weight infants need respiratory support ranging from extra oxygen (by head hood or nasal cannula) to continuous positive airway pressure (CPAP) or mechanical ventilation. Public access is limited, and staff and visitors are required to take precautions to reduce transmission of infection. Nearly all children's hospitals have NICUs, but they can be found in large general hospitals as well.

A NICU is typically directed by one or more neonatologists and staffed by nurses, nurse practitioners, Nursery Nurses, physician assistants, resident physicians, and respiratory therapists. Many other ancillary services are necessary for a top-level NICU. Other physicians, especially those with "organ-defined" specialties often assist in the care of these infants.

Read Full Article...>>>

Senin, 20 April 2009

Sejarah Fakultas Kesehatan Masyarakat UI

Gagasan awal pendirian FKM-UI dicetuskan pertama kali oleh Dokter Mochtar yang menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan FK-UI yang kemudian dilanjutkan oleh dokter Sajono Sumodidjojo pada tahun 1964 dengan mengajukan usulan proyek kepada Rektor Universitas Indonesia, Dekan FKUI dan Perwakilan WHO di Indonesia.[1]

Dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan nomor 26 tahun 1965 tanggal 26 Februari 1965 diputuskan bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat dibentuk di bawah naungan Universitas Indonesia. Pada tanggal 13 Maret 1965 Panitia Persiapan Pembentukan FKMUI terbentuk yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil FKUI, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Tenaga Kerja. Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 153/1965 yang memperbaiki SK yang terdahulu, menetapkan tanggal berdirinya FKMUI, yaitu 1 Juli 1965.[1]

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.5581/SEKRET/BUP/65 memutuskan dan menunjuk dokter Sajono Sumodidjojo sebagai dekan pertamanya.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia atau disingkat FKM UI adalah salah satu fakultas dibawah Universitas Indonesia yang mempelajari tentang ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (“K3”) yang merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Saat ini FKM UI dipimpin oleh Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D untuk periode 2008—2012.

Read Full Article...>>>