Selasa, 24 Agustus 2010

This Common Drug Could be Causing Your Insomnia

It should not be a surprise that caffeine can have an impact on one's ability to get a good night's sleep. While some people can drink a quad venti mocha right before bed with no troubles, others will toss and turn all night if they consume any caffeine during the day.

If you are suffering from insomnia, you may want to take a look at the amount of caffeine that you ingest as being a possible culprit. Before taking drastic measures, such as taking sleeping pills, see what happens if you eliminate caffeine from your diet.

To some this may seem impossible, but if you can start to get a proper amount of sleep each night, that will do far more to boost your energy level than downing cup after cup of coffee. When you also consider that a lack of sleep can have an impact on your overall health, it should be an easy decision to try and cut out caffeine to see if that will relieve your insomnia.

If you insist on that morning cup of coffee, at least avoid all caffeine starting about lunchtime. While it would best to avoid caffeine altogether, at least if you keep your consumption of it to the morning hours, it will mostly have worked its way out of your system by bedtime. It is important to keep in mind that cutting out coffee and tea does not mean that you are eliminating all caffeine. Caffeine is found in a number of products, some of which you may never imagine would contain caffeine.

To cut your caffeine consumption you will, obviously, have to eliminate coffee and tea. You will also need to avoid most types of soda (caffeine-free varieties are fine). Some candy contains just as much caffeine as a small cup of coffee, so it should be avoided as well.

One of the biggest surprise sources of caffeine is in some over the counter medications. Some, such as Midol and Excedrin contain nearly 50 mg of caffeine. When you consider that a small cup of coffee contains about 100 mg, that amount is quite significant.

You may not have to avoid caffeine forever. Just try to cut it out, or at least way down, to see if that helps with your insomnia. If it does not, then you will know that you need to investigate other possible reasons for your inability to sleep. This may include a visit to your doctor or making other behavioral changes.

If your insomnia is helped by reducing caffeine, then you should try to continue to avoid it. If, however, you want to try to drink coffee or tea once again, try to add it only in small doses. If you used to drink 3 cups of coffee a day, try to stick to just one. Also, if you just miss the experience and taste of your coffee or tea, consider one of the many decaf varieties. Many taste just the same as caffeinated drinks. Cutting caffeine may be the answer to your insomnia. When you think of the alternative solutions, such as sleeping pills, it is certainly worth a try.
by: Paul Stevens
Read Full Article...>>>

Kontrol Kolesterol Selama Berpuasa

MENYANTAP menu makanan manis dan tinggi lemak plus kurangnya aktivitas fisik di bulan puasa, bisa memicu tingginya kadar kolesterol. Nah, bagaimana mengatasinya?

Banyak kebiasaan makan yang salah yang terjadi saat bulan Ramadan tiba. Mengonsumsi makanan berlebihan misalnya, kebiasaan ini menjadi salah satu kebiasaan dari beberapa orang saat berbuka puasa atau saat makan sahur. Umumnya, orang memakan makanan secara berlebihan karena sebagian dari mereka merasa takut jika siang hari kelaparan, apabila tidak menyimpan cadangan makanan yang banyak. Kebiasaan tersebut juga semakin diperburuk dengan kebiasaan tidur setelah makan sahur yang semakin menumpuk cadangan lemak tubuh.

Dikatakan spesialis penyakit saraf serta Ketua Bidang Humas dan Penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia Dr H Sutarto Prodjo Disastro SpS, bahwa apabila pola makan yang salah terus dilakukan, maka tidak dapat dipungkiri kesehatan tubuh pun akan terganggu, seperti stroke yang disebabkan kolesterol. ”Untuk menghindari penyakit serius seperti stroke, mengontrol kolesterol serta menjalani hidup yang lebih sehat, baik selama Ramadan dan Hari Raya, maupun setelah itu sangatlah dianjurkan,” tandasnya.

Dikatakan Marketing Communications Senior Manager PT Pfizer Indonesia Andriani Ganeswari, bahwa sudah menjadi kebiasaan setiap Ramadan serta saat Idul Fitri, kita memiliki kecenderungan mengonsumsi makanan dan minuman yang manis dan bersantan.
Selain itu, kita pun cenderung untuk mengurangi aktivitas olah tubuh dengan alasan untuk menyimpan tenaga agar kuat menjalani tugas sehari-hari.

”Tanpa kita sadari perubahan gaya hidup selama Ramadan dan Idul Fitri ini dapat menimbulkan risiko kolesterol tinggi,” ucapnya. Untuk itu, bagi para penderita kolesterol, sangat disarankan untuk mengontrol pola makan selama Ramadan dan saat Idul Fitri nanti, serta tidak lupa untuk berolahraga ringan.

Bisa dikatakan, peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan kolesterol yang diakibatkan pola hidup yang tidak sehat. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, saat ini ada kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih dalam usia produktif.Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktivitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial-ekonomi keluarga.

Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang 80% dihasilkan dalam tubuh, yaitu oleh organ hati dan sisanya dari luar tubuh lewat asupan makanan. Kolesterol memiliki beragam fungsi bagi tubuh, antara lain sumber energi, pembentukan dinding sel, dan pembentukan hormon.
Selain itu, kolesterol membawa dampak baik untuk kesehatan apabila kadarnya dalam darah masih dalam keadaan normal. Namun apabila kolesterol yang berada dalam darah kadarnya melebihi batas normal, justru akan memberi dampak negatif dan membahayakan kesehatan.

Di negara-negara maju dengan konsumsi kolesterol yang tinggi, seperti Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penelitian yang dilakukan American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa lebih dari 100 juta orang di negara tersebut memiliki kadar kolesterol di atas rata-rata dan 40 juta di antaranya berkadar kolesterol yang sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke mencapai 500.000 orang setiap tahunnya.

Sementara data yang dikeluarkan WHO pada 2002, menyebutkan bahwa hiperkolesterolemia menyebabkan 4,4 juta kematian di dunia. Sebagian besar dari orang yang memiliki sifat hiperkolesterolemia adalah mereka yang mempunyai rata-rata kadar kolesterol cukup tinggi antara 200–250 mg%. International Stroke Conference (konferensi stroke internasional), suatu konferensi yang diadakan di Wina, Austria pada 2008 menyatakan bahwa jumlah pengidap stroke di kawasan Asia terus meningkat. Stroke yang juga merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia saat ini, cenderung mengancam usia-usia produktif di bawah 45 tahun.

Dikatakan spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah dr Arieska Ann Soenarta SpJP (K), bahwa tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat mengganggu kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan risiko serangan jantung koroner. Di beberapa negara maju, prevalensi penyakit jantung koroner sebenarnya sudah mulai menunjukkan penurunan beberapa tahun terakhir ini, tetapi tidak demikian dengan negara berkembang. Pola hidup yang tidak sehat merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung koroner yang diakibatkan tingginya kadar kolesterol dalam darah. ”Karena itulah, sangat penting bagi masyarakat untuk mulai menyikapi kolesterol dengan bijak sejak dini dan mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat,” tuturnya dalam acara temu media bertema ”Kontrol Hidup Kontrol Kolesterol” yang diadakan PT Pfizer Indonesia beberapa waktu lalu.

Perlunya Cek Kolesterol Rutin

Banyak cara untuk mengontrol kolesterol. Bagi yang belum memiliki sifat hiperkolesterolemia, risiko gangguan ini dapat dikontrol dengan secara berkesinambungan mengontrol gaya hidup mereka melalui pola makan dan olahraga. Untuk mendeteksi risiko kolesterol yang mungkin dihadapi, masyarakat juga harus secara rutin melakukan cek kolesterol setidaknya enam bulan sekali.

”Deteksi rutin ini dapat membantu masyarakat untuk lebih cepat bertindak dalam mengantisipasi gangguan kolesterol apabila tingkat risiko mereka sudah dinyatakan tinggi,” paparnya.

Bertindak dengan cepat untuk menurunkan kadar kolesterol jahat yang ada di dalam tubuhnya, adalah satu tindakan yang harus dilakukan bagi seseorang yang telah terdeteksi memiliki risiko gangguan kolesterol tinggi. Konsumsi obat-obatan secara teratur dan mengubah gaya hidup, dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol.

”Kadar kolesterol juga harus diperiksa secara rutin di laboratorium dan dikonsultasikan dengan dokter,” jelas Arieska. Sejak 2005, Pfizer telah mengenalkan konsep 3 Ring Peduli Kolesterol yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengontrol gaya hidupnya agar terbebas dari gangguan kolesterol.
okezone.com
Read Full Article...>>>

4 Ways to Deal With Stress and Insomnia

It is not difficult to understand why stress and insomnia go hand in hand. When one is under a lot of stress, and is not taking successful steps to control that stress, sleep is just one of the secondary conditions that may arise.

There are many factors that can cause stress such as a new job, a death of a loved one or feeling like you have more responsibility than you can handle. It is possible to be under a lot of stress and not even realize it. Below are some of the most common symptoms of stress.

* Sudden inability to sleep

* Waking frequently during the night

* Finding it difficult to concentrate, even on simple tasks

* Rapid heart rate

* Headaches and muscle aches

* Stomach pain

* Mood swings

Of course, many of those symptoms can be caused by something other than stress, but if you have had a major life change or are feeling overwhelmed, you should consider the possibility that stress is the cause.

When stress and insomnia are both present, it can make the stress even worse. If you look again at the list of symptoms you will see that many of them sound similar to symptoms of insomnia.

Just the stress alone can bring on mood swings and fatigue. Add insomnia and it will only serve to make those symptoms even worse. When that happens, the stress level is likely to increase and a vicious cycle is in place.

While, in an ideal world, the advice may be to eliminate the factor that is causing the stress, the fact is that usually that is not possible. Instead, you must learn to deal with your stress and insomnia in ways that will minimize their impact on your emotional and physical health. Below are some stress management tips.

* Avoid negative people. This is not always possible, but when you do have control choose to be around people that make you happy.

* Learn your limitations. You cannot do everything that is asked of you and you will never be able to please everyone. Stop trying. Instead, do those things that you need to do and then add extras, such as volunteering, in areas that are important and meaningful to you.

* Learn time management. Why can some people hold a job, raise a family, keep the house spotless and still have time for a night out? It's because they learned about time management.

* Forget trying to be perfect. Everything does not have to be in its place. You do not have to raise the most money, get the most new clients and never burn dinner. Just learn to laugh at some of your faux paux.

If your own attempts to deal with stress do not work, you should see a doctor or therapist for help. If left untreated, stress and insomnia can cause serious health problems.

Stress and insomnia can each be made worse by the other. Learn to deal with them both so that you can be your best for yourself and your family.
by: Paul Stevens
Read Full Article...>>>

Terapi Alami untuk Atasi Stres

PADA umumnya, olahraga memberikan segudang manfaat. Tak hanya secara fisik, tapi jiwa pun merasakan ketenangan dan rasa rileks usai anggota tubuh aktif bergerak.

Namun, bukan berarti Anda harus berlari di atas alat treadmill selama berjam-jam atau ikut kelas high-impact aerobic untuk menurunkan tingkat stres yang tengah melanda. Mengapa tidak mencoba satu dari ketiga terapi alami yang berfungsi satu paket dengan olahraga lengkap. Baik pikiran maupun tubuh Anda akan lebih kuat mengatasi datangnya stres. Lantas, apa saja terapi alami tersebut? Berikut ini seperti diulas Health24.

Tai Chi

Tujuan dari pelaksanaan olahraga yang telah berusia 8000 tahun ini adalah menyelaraskan tubuh dan pikiran melalui meditasi dalam gerakan lambat dan anggun. Tai Chi berdasarkan filosofi Tao dari yin (dingin, gelap, energi negatif) dan yang (panas, cahaya, energi positif), dua jenis kutub energi yang diyakini ada dalam segala sesuatu di alam semesta.

Tujuan dari Tai Chi adalah menyeimbangkan energi. Dengan demikian, saat keseimbangan alami tubuh dan pikiran didapat, stres pun berkurang. Dengan berfokus pada gerakan yang dikendalikan, pikiran Anda teralihkan dari ketegangan atau stres yang sedang Anda dialami. Tai Chi merupakan latihan yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan stres yang terkait dengan sakit kepala, sakit maag, bahkan untuk para penderita kanker di China.

Teknik Alexander

Terapi ini dikembangkan 100 tahun yang lalu oleh seorang aktor Australia bernama Frederick Alexander. Teknik Alexander akan mengajarkan Anda bagaimana menghadapi situasi sehari-hari secara fisik, termasuk bagaimana Anda duduk, berjalan, ataupun mengangkat sesuatu.

Tujuan terapi Alexander untuk me-recharge tubuh Anda, membuat Anda bernapas lebih baik, serta memilki ketenangan seperti yang Anda rasakan ketika masih kanak-kanak dulu. Dengan memerbaiki postur tubuh seseorang, teknik Alexander selanjutnya akan mampu menghilangkan gejala stres secara fisik, seperti nyeri punggung dan ketegangan otot di leher.

Pilates

Pilates dengan cepat mencapai tingkat popularitas yang sama seperti yoga. Pilates dirancang pada 1920 oleh Joseph Pilates sebagai cara untuk memulihkan luka-luka dan menjaga para penari tetap fit. Pilates menggabungkan sistem pegas dan katrol untuk memperpanjang otot dengan latihan peregangan di lantai.

Baik Tai Chi maupun pilates sama-sama berfokus pada teknik pernapasan. Pilates, seperti halnya teknik Alexander, juga secara dramatis memerbaiki postur tubuh dan me-recharge tubuh Anda. Anda akan merasa lebih sehat dan rileks. Selama latihan peregangan, energi dilepaskan untuk membantu menghilangkan stres dan ketegangan otot.(ftr)
http://lifestyle.okezone.com
Read Full Article...>>>