Minggu, 18 Oktober 2009

Mengenali Gajala Stress

STRES telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Dapat menyerang siapa, kapan dan di mana saja. Pemicunya beragam, mulai dari kemacetan lalu lintas, pekerjaan menumpuk, masalah dalam keluarga, dan keuangan.

Selama ini, stres identik dengan kondisi negatif. Namun, tak selamanya stigma tersebut melekat. Stres sendiri sebenarnya bukanlah penyakit, tetapi merupakan respons tubuh dan pikiran terhadap tekanan (stressor). Stres adalah suatu kondisi ketika keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.

Namun, stres tingkat ringan malah bermanfaat bagi tubuh. Jangan langsung mengernyitkan dahi. Sebab dalam batas tertentu stres dapat meningkatkan fungsi fisik dan mental.

"Stres ringan dapat meningkatkan vitalitas dan membantu memfokuskan perhatian dalam beraktivitas," jelas Donald R Rhodes Jr MD, Medical Director Departement of Community Health National Naval Medical Center.

Gejala seseorang mengalami stres pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga kategori yakni berdasarkan fisik, psikologis, dan perilaku.

Ciri yang berhubungan dengan fisik misalnya sakit di bagian kepala, perut dan belakang badan, gangguan pencernaan, tangan berkeringat, bahu atau leher tegang, serta jantung berdegup kencang. Sedangkan ciri yang berhubungan dengan perilaku ditandai dengan insomnia, cepat lelah, nafsu makan berubah, cepat marah, cepat resah, ataupun sedih tanpa sebab yang jelas.

Untuk gejala stres yang berhubungan dengan psikologis. Terlihat pada gangguan konsentrasi Anda, sering lupa, kurang kreatif, kurang percaya diri atau sulit menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar.

Apabila seseorang mengalami stres terus menerus, hal ini dapat berpengaruh pada kondisi serta kesehatan tubuh. Stres berkepanjangan dipercaya dapat menyebabkan tekanan darah naik, fatigue, penurunan gairah seksual, sakit seluruh badan, depresi, kenaikan, ataupun penurunan berat badan secara drastis.

Bahkan yang lebih buruk, dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung, serta beragam penyakit ganas lainnya.(nov) (uky)
okezone.com

Read Full Article...>>>

Pilih-Pilih Jajanan Sehat untuk si Kecil

ANDA termasuk Moms yang doyan jajan? Sering menyetop Bang Juki si penjual siomay yang melintas di depan rumah setiap sore? Atau, menyantap bakso si Kumis?

Poppy (30 tahun) Moms dari Zaky (12 bulan) ternyata salah satu Moms yang hobi jajan. Dalam seminggu bisa beberapa kali ia menyantap jajanan yang lewat di depan rumah. Dari kue jajanan pasar, siomay hingga bakso. Si kecil Zaky rupanya sering ngiler melihat sang Mama jajan. Jadilah akhirnya Poppy kerap membelikan juga Zaky makanan seperti apa yang ia makan.

Poppy makan siomay, begitu pula Zaky. Poppy makan bakso, eh, lagi-lagi Zaki ikutan mengunyah di samping Poppy meski makanannya tanpa bumbu alias plain.

Kadang tak tega melihat si kecil mengekori kita dengan tatapan penuh harap pengin makan apa yang kita makan. Namun, hati-hati Moms, jangan sembarangan memberi si kecil jajanan seperti kasus Poppy di atas.

Dr Diani Adrina, SpGK, dokter spesialis gizi klinik dari RS Pusat Pertamina mengatakan, boleh-boleh saja memberikan makanan seperti siomay atau bakso, atau kudapan lezat lainnya selama faktor higienisnya terjamin. Ketika mengonsumsi jajanan, orang dewasa sekalipun belum tentu terbebas dari kuman, bakteri penyakit yang terdapat pada jajanan yang tidak bersih, apalagi bayi!

Mengenal Rasa dan Tekstur

Usia 6 - 12 bulan adalah masa ketika bayi mulai mengenal makanan. Dari bubur susu hingga kemudian makanan yang dimakan orang dewasa seperti nasi dan penyertanya. Pada masa inilah secara bertahap bayi mulai mengenal rasa dan tekstur dari makanan seiring dengan pertumbuhan gigi dan kesiapan enzim-enzim di pencernaannya.

Tak heran kadang si kecil sering ngiler kalau melihat orang di dekatnya makan. Pada masa ini Anda harus memenuhi keinginan makannya itu. Jika tidak, bisa-bisa si kecil justru akan susah makan nantinya.

Boleh-boleh saja si kecil mencoba berbagai panganan selingan/snack di luar makanan utamanya, asalkan porsinya tidak melebihi makanan utamanya. Snack yang dipilih tentunya yang sehat dan aman, jadi Moms harus membuatnya sendiri di rumah.

Mau makan siomay atau bakso, buatlah sendiri. Memang agak repot, tapi sehat dan aman, bukan? Sangat tidak direkomendasikan untuk memberikan si kecil jajanan dari luar rumah yang kita tidak tahu tingkat kebersihannya. Pasalnya, setiap saat ancaman bakteri E.coli penyebab diare bisa menyerang.

Zat Merugikan

Adapun zat-zat merugikan yang biasa terdapat dalam jajanan antara lain:

- Gula Olahan

Gula-gula, kue, biskuit, donat, sereal yang manis, jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan giginya. Gula merupakan golongan karbohidrat sederhana. Bila anak mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, kentang dan lain-lain, ia akan cenderung merasa kenyang. Pun bila ia mengonsumsi karbohidrat sederhana seperti gula, madu, permen, sirup dan camilan manis lainnya. Hal ini mengakibatkan anak tidak ingin mengonsumsi makanan utamanya karena sudah merasa kenyang.

- Adiktif dan Pengawet

Banyak jajanan yang diberi sejumlah bahan untuk meningkatkan rasa, tekstur, penampilan, atau daya tahan makanan tersebut. Sistem tubuh bayi belum matang maka rentan terhadap bahan-bahan adiktif. Beberapa menyebabkan hiperaktivitas terhadap anak-anak yang sensitif, menimbulkan alergi, daya ingat lemah.

Salah satu zat penguat rasa yang dikenal adalah MSG (monosodium glutamat). Pada pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan chinese food syndrome dengan gejala pusing, cemas, haus, mual. Oleh karena itu Moms harus bijak dalam memilihkan makanan ringan bagi buah hatinya.

- Minuman Berkarbonasi

Minuman yang sering ditemui di pusat-pusat perbelanjaan ini mengandung gula tinggi, pengawet, pemanis, pewarna dan kafein. Kafein termasuk zat stimulan dan diuretik yang bisa menyebabkan perubahan suasana hati, perasaan grogi, lelah, dan lamban.

Makanan Alternatif Pengganti

Berikan si kecil buah segar, sepotong cokelat bermutu tinggi, roti, kue atau yoghurt buah. Makanan manis ini mengandung serat dan protein yang dapat mengurangi dampak gula serta mengandung vitamin dan mineral.

Buatlah agenda makan, pantau dan catat makannya serta perilaku anak setelah makan. Idealnya pemberian makan adalah tiga kali makan utama, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam, ditambah dua kali makanan selingan. Jangan lupa untuk tetap memberikan satu gelas susu sebagai pelengkap kebutuhan protein bagi si kecil.

(Mom& Kiddie//nsa)
okezone.com
Read Full Article...>>>

Konsumsi Mie Instan..Awas Kesehatan

SALAH satu jenis makanan cepat saji adalah mie. Mie ini punya beberapa jenis. Ada mie instan, mie kering, mie basah, mie rebus yang

dibuat dari terigu (gandum).

Ada juga bihun, yang dibuat dari tepung beras. Lalu soun yang dibuat dari pati tepung kacang hijau. Ada juga yang dibuat dari campuran tepung terigu dan beras, tepung tapioka, tepung kentang atau tepung soba.

Dari semua jenis mie itu, yang paling populer tentu mie instan, dengan berbagai merek dan cita rasanya, baik dalam kemasan plastik polietilen maupun polistiren (styofoam) dalam bentuk cangkir atau mangkuk.

Mie instan sebenarnya sangat panjang. Kemudian dilipat, digoreng, dan dikeringkan dalam oven panas. Penggorengan inilah yang membuat mie mengandung lemak. Bahan baku utama mie instan memang tepung terigu. Namun selama proses pembuatannya, dipakai juga minyak sayur, garam, natrium polifosfat (pengemulsi, penstabil, dan pengental), natrium karbonat dan kalium karbonat (keduanya pengatur keasaman), tartrazive (pewarna kuning).

Kadang natrium polifosfat dicampur guar gum. Bahan lain adalah karamel, hidrolisat protein nabati, ribotide, zat besi, dan asam malat yang fungsinya tidak jelas. Selain minyak sayur, ada pula food additive, yaitu bahan-bahan kimia yang ditambahkan selama proses pengolahan makanan agar makanan tersebut memiliki sifat-sifat tertentu.

Bumbu mie, seperti garam, gula, cabai merah, bawang putih, bawang merah, saus tomat, kecap, vetsin (MSG) dan bahan cita rasa (rasa ayam, rasa udang, rasa sapi) juga banyak menggunakan additive. Belum lagi styrofoam dalam mie cangkir yang dicurigai bisa menyebabkan kanker.

Mie instan mengandung karbohidrat dan lemak karena dikeringkan dengan cara digoreng dengan minyak. Makanan instan sebetulnya kurang mengandung protein, serat, dan vitamin.

"Bumbunya biasanya mengandung banyak garam sehingga tidak baik bagi penderita tekanan darah tinggi dan MSG (monosodium glutamat) atau penyedap rasa. MSG dapat menyebabkan demam, rasa lelah, dan sakit kepala bagi yang sensitif terhadap MSG," jelas dr Sonia Wibisono.

Makanan instan biasanya hanya mengandung zat karbohidrat dan lemak saja, tanpa tambahan lauk atau sayuran. Sehingga tidak mencukupi asupan gizi.

"Jadi, sebaiknya jangan memakan makanan instan setiap hari. Sekali-sekali boleh kalau bisa, hanya sekali seminggu atau kurang. Karena tubuh membutuhkan variasi makanan untuk melengkapi gizi yang diperlukan," sambung dokter cantik ini.

Ketika hendak menyiapkan atau menyajikan mie instan, lanjut dr Sonia, sebaiknya tidak semua bumbu dituangkan atau dipakai. Secukupnya saja untuk mengurangi garam dan MSG yang masuk ke dalam tubuh. Sebaiknya tambahkan lauk seperti ayam atau telur dan sayuran ke dalam mie instan.

"Wajar jika mie instan disukai karena praktis, cepat, lezat, dan murah. Tapi tahukah Anda bahwa mie instan memiliki kandungan gizi yang sangat minim dan bahkan zat additive tak baik untuk wanita yang tengah hamil dan juga balita?," tanyanya.

Meski risiko akibat additive tak langsung kelihatan, namun menurut Arlene Eisenberg, dalam buku berjudul What to Eat When You`re Expecting, ibu hamil sebaiknya menghindari makanan yang banyak mengandung additive. Bagi balita, bahan-bahan yang sebenarnya tak dibutuhkan tubuh ini juga bisa memperlambat kerja organ-organ pencernaan.

"Efeknya sih pasti mengurangi kesegaran dan kecantikan. Karena kan tubuh kurang nutrisi dan mie instan itu banyak mengandung MSG-nya," tandas dr Sonia.

Kandungan utama mie adalah karbohidrat. Ada juga protein tepung dan lemak, baik dari mienya sendiri maupun dari minyak sayurnya.

"Jika dilihat komposisi gizinya, mie memang tinggi kalori. Namun sangat minim zat-zat gizi penting lain seperti vitamin, mineral, dan serat," jelas dokter kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1977 ini.

Karena itulah, mie tak perlu dikonsumsi setiap hari. Cukup sesekali. Dan perlu ditambahkan sayuran seperti kol, sawi, tomat, brokoli, wortel, kecambah, udang telur, sosis, atau kornet.(Genie/Genie/nsa)

Read Full Article...>>>