Minggu, 28 Maret 2010

Inhalasi, Ketika Batuk Tak Jua Pergi

SAAT batuk berdahak si kecil tak reda-reda, napasnya pun tersengal-sengal akibat pilek yang tak kunjung sembuh. Ia jadi susah bernapas, mengingat dedek belum mampu mengeluarkan sendiri lendir di hidung atau tenggorokannya.

Kasihan, dedek jadi susah tidur, gelisah tak karuan, goyang kiri, goyang kanan. Padahal dia sudah diberi obat minum oleh dokter. Apa dia diinhalasi saja, ya? Hmm, mau dilakukan di mana, rumah sakit atau diuapin sendiri di rumah.

Untuk Anda yang ingin mengetahui lebih jauh perbedaannya, dr HM Nana Karnaen SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital memaparkannya.

Inhalasi: Aman Untuk Segala Usia

Para ahli paru anak sangat menganjurkan inhalasi sebagai pengobatan yang berhubungan dengan paru. Mulai dari flu ringan yang baru saja terjadi, batuk berdahak, paru-paru basah, batuk berdahak berat dan lama, batuk kronis atau batuk yang berulang-ulang.

Inhalasi -satu rangkaian dari proses fisioterapi- merupakan pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada anak langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).

Hal ini termasuk aman dilakukan untuk segala usia, mulai dari bayi yang masih berusia beberapa bulan hingga ibu hamil (bumil) sekalipun.

"Juga tidak ada efek negatifnya serta boleh dilakukan sekali pun orang tersebut mempunyai alergi terhadap sesuatu. Pasalnya, obat bekerja langsung pada sumber pernapasan yaitu paru-paru. Berbeda dengan obat oral atau suntik yang akan diserap dulu ke lambung, ginjal, dan jantung sebelum sampai ke paru-paru," ujar dr HM Nana Karnaen SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital.

Penguapan Tradisional

Menghirup uap air hangat yang telah ditetesi minyak penghangat (misalnya minyak kayu putih) sebagai pengobatan alami untuk flu dan pilek bagi si kecil memang bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun, ternyata hal itu tidak banyak membantu.

"Penguapan secara tradisional itu hanya berfungsi untuk melonggarkan saluran napas, bukan untuk mengeluarkan lendir," terang dr Nana.

Ya, pasalnya bahan-bahan dalam minyak kayu putih yang terhirup melalui uap air panas itu tidak mengandung zat penghancur lendir. Selain itu, Moms harus berhati-hati saat si kecil menghirup uap air panas. Tempatkanlah dalam wadah yang aman, jangan sampai si kecil ketumpahan air panas.

Inhalasi di Rumah Sakit

Beda halnya bila melakukan inhalasi di rumah sakit. Selain faktor keamanan lebih terjamin, inhalasi dilakukan dengan menggunakan alat khusus dan obat-obatan sehingga hasilnya lebih efektif.

"Pada teknik inhalasi, pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat cair melalui wadah yang sudah tersedia dalam alat nebulizer. Selama 15 hingga 20 menit, masker akan dikenakan di seputar area hidung dan mulut bayi," jelas dr Nana.

Ia lalu melanjutkan, "Nantinya, obat cair yang dimasukkan ke dalam nebulizer itu akan keluar berupa partikel uap yang akan dihirup bayi dan masuk ke dalam saluran napas. Tujuan utamanya adalah agar saluran napasnya melebar, dahak akan encer sehingga mudah keluar melalui mulut atau feses bayi."

Beda Usia, Beda Pula Alatnya

1. Pada bayi, pipa dari tangki nebulizer perlu disambung dengan pipa berukuran yang lebih kecil diameternya, sesuai dengan mulut dan hidung bayi.

2. Pada batita, pipa dari nebulizer bisa disambungkan dengan pipa lebih kecil dan memiliki klep di ujungnya (baby haler). Sehingga, ketika sang anak melepaskan pipa udara sebelum terapi selesai, obat tak akan hilang ke mana-mana.

3. Pada usia di atas lima tahun hingga orang dewasa, bisa digunakan alat berupa masker yang menutup mulut dan hidung (micromized) atau pipa biasa yang dihirup melalui mulut. Bisa juga disambung dengan selang yang langsung menuju ke arah kedua lubang hidung.

4. Alat semprot (inhaler) yang dapat mengeluarkan uap dengan cara dihirup sebaiknya tidak dilakukan karena bayi belum bisa menghirup sendiri dengan benar.
Mom& Kiddie//nsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar